Perspektif ini tumbuh karena 1 tweet dari Kak Ayudia.

Perspektif ini tumbuh karena 1 tweet dari Kak Ayudia. - Pyopp Fledge Barefoot

 

 

Tweet dari Kak Ayu ini tak sengaja lewat di timeline twitter kami pada tahun 2022.

Kami jadi merenung… what if who we hoped to be… were always us? Keresahan tersebut divalidasi oleh akun instagram @wantja yang pernah menulis di akunnya:


Hidup yang biasa-biasa ini tercipta dari setiap tetes keringat dan air mata.

Hidup yang biasa-biasa ini adalah buah doa dan harap yang rutin kita panjatkan.

Hidup yang biasa-biasa ini mungkin telah menjadi berkat bagi orang-orang terdekat.

Intermezzo sedikit, 1.5 tahun merantau, Min K hampir selalu makan di warung sederhana yang dikelola oleh seorang ibu yang penuh perhatian dan kasih sayang.  Warungnya kecil sekali, dan makanannya pun sering habis-habisan, tapi sang ibu ini sungguh menjadi berkat bagi Min K (dan mungkin warga sekitar). Kehidupan biasa-biasa bisa menjadi luar biasa dengan kebaikan. Kindness costs nothing, but means everything.

 

Tiap orang memiliki ambisi yang beragam, dan kami menghargai itu tanpa menghakimi.

 

Namun, semoga kata-kata ini dapat menjadi pengingat, kalau kita sedang merasa “biasa-biasa saja”, itu mungkin bukan karena hidup kita membosankan. Mungkin, itu berarti kedamaian, stabilitas, kecukupan, dan semua hal yang tampak kecil namun berarti.  

 

And perhaps, without realizing it, you've also been a blessing to those closest to you, seperti ibu warteg yang tanpa ia sadari, telah menjadi berkat besar bagi Min K.

Previous post Next post

Leave a comment

Please note, comments must be approved before they are published