Barefooters mungkin akrab dengan pola makan sehat seperti diet seimbang, vegetarian, atau vegan. Pola makan ini tidak hanya kaya akan nutrisi, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang semakin banyak diadopsi di Indonesia. Namun, selain pola makan yang lebih umum dikenal, ada juga pola makan unik yang memiliki manfaat serupa, seperti pescatarian dan macrobiotic.
Pescatarian: Kombinasi Sayuran dan Hasil Laut
Pola makan pescatarian mirip dengan vegetarian, yang mengandalkan makanan berbasis nabati serta protein hewani seperti telur dan susu. Namun, perbedaannya terletak pada konsumsi makanan laut, seperti ikan, udang, cumi-cumi, dan lainnya.
Menurut Hendley (2025), pola makan ini dapat melengkapi nutrisi yang mungkin kurang dalam diet vegetarian, seperti vitamin B12, zat besi, zinc, dan selenium. Selain itu, kandungan Omega-3 dalam ikan dan hasil laut lainnya sangat bermanfaat untuk kesehatan jantung dan mata. Dengan pola makan ini, seseorang tetap bisa mendapatkan manfaat diet nabati tanpa mengabaikan nutrisi penting dari laut.
Macrobiotic: Filosofi Makanan dari Jepang
Pola makan macrobiotic diperkenalkan oleh filsuf Jepang, George Ohsawa, pada tahun 1920. Diet ini cukup ketat karena mengutamakan keseimbangan dan keterhubungan antara makanan dan tubuh. Para pengikut pola makan ini mengalokasikan sekitar 50% dari asupan makanannya untuk makanan berserat tinggi, seperti nasi merah, gandum, barley, sayuran laut, serta makanan berkuah seperti sup miso dan sup kacang.
Menurut Lerman (2010), pola makan macrobiotic dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup dan bahkan memiliki potensi membantu penderita kanker melalui regresi spontan. Selain itu, diet ini juga diklaim dapat membantu mencegah serta mendukung pemulihan dari diabetes mellitus.
Perlukah Mencoba?
Baik pescatarian maupun macrobiotic menawarkan berbagai manfaat kesehatan dan juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Namun, sebelum menerapkan pola makan tertentu, penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi guna memastikan bahwa diet tersebut sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kondisi kesehatan masing-masing individu.
Referensi:
Hendley, Joyce, 2025. Thinking about becoming a pescatarian? What you should know about the pescatarian diet [online]. From: https://www.health.harvard.edu/nutrition/thinking-about-becoming-a-pescatarian-what-you-should-know-about-the-pescatarian-diet
Lerman, R. H., 2010. The Macrobiotic Diet in Chronic Disease. Nutrition in Clinical Practice, 25(6), 621–626.